PENGELOLAAN HUBUNGAN
KOMUNIKASI GURU DAN SISWA
A.
Hakikat komunikasi, guru dan siswa
1. Komunikasi
Secara
terminologis komunikasi itu adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan
secara lisan yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Jika tidak ada bahasa
verbal yang dimengerti oleh kedua belah pihak maka dapat juga melalui
komunikasi nonverbal. Dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu sehingga membuat lawan bicara mengerti apa yang
disampaikan.
2. Guru
Guru
adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas
sehingga guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam
membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Imam
Musbikin peran guru selain mengajar
sangat banyak diantaranya yaitu :
a. Sebagai
korektor
Seorang guru harus bisa
membedakan nilai yang baik dan yang buruk.
b. Sebagai
inspirator
Seorang guru harus
dapat memberikan ilham yang baik untuk kemajuan anak didik.
c. Sebagai
informator
Seorang guru harus
dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Sebagai
pengelola kelas
Seorang guru harus bisa
membuat siswanya betah tinggal di dalam kelas dengan motivasi yang tinggi untuk
senantiasa belajar di dalamnya.
e. Sebagai
organisator
Seorang guru harus
memiliki kegiatan pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, dan
sebagainya.
f. Sebagai
inisiator
Seorang guru harus
dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pengajaran.
3. Siswa
Siswa
adalah manusia yang perlu diperlakukan apa adanya. Sebagai manusia, siswa
memiliki instink, pembawaan, sifat-sifat, dan aspek kejiwaan yang menjadi dasar
pengembangannya. Hal tersebut harus dipertimbangkan oleh guru karena sangat
menunjang keberhasilan siswa.
Proses belajar mengajar yang terjadi
di kelas merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi yang
lancar mempunyai andil yang besar dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru. Guru yang menguasai materi pembelajaran secara
tuntas tidak selalu menjadi tolak ukur proses pembelajaran tersebut berhasil.
Tetapi hal sesungguhnya yang sangat
berperan adalah bagaimana komunikasi pendidikan tersebut dijalankan, bagaimana
proses transfer pengertahuan dan keterampilan dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
B.
Hubungan Komunikasi Guru dan Siswa
Dua unsur
terpenting dalam proses pembelajaran adalah guru dan siswa. Semua usaha yang
diperuntukkan bagi pengelolaan pengajaran selalu diarahkan pada unsur siswa. Sukses
atau tidaknya pengajaran tergantung pada guru dalam mempertimbangkan unsur
siswa. Dengan pertimbangan itulah siswa perlu dipahami secara lebih mendalam,
khususnya hal yang berhubungan dengan kejiwaannya sebagai bagian yang terkait
dengan kegiatan belajar.
Hubungan
guru dengan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat
menentukan. Dalam hubungan ini, salah-satu caranya adalah adanya contact hours
di dalam hubungan guru dan siswa. Contact hours atau jam-jam bertemu antara
guru dan siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan di luar jam-jam belajar di
muka kelas seperti biasanya. Perlu digarisbawahi kegiatan belajar mengajar
tidak hanya melalui presentasi di depan kelas saja tetapi juga dapat melalui
contact hours tadi. Dalam saat-saat semacarn itu dapat dikembangkan komunikasi
dua arah. Guru dapat menanyai dan mengungkap keadaan siswa dan sebaliknya siswa
mengajukan berbagai persoalan-persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi.
Terjadilah suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistik.
Hal ini jelas akan sangat membantu
keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalarn arti tidak sekedar tahu atau
mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal sikap
mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik. Namun demikian harus
diakui bahwa kegiatan informal semacam itu belum banyak dikernbangkan.
Disamping itu perlu juga diingat adanya hambatan-hambatan tertentu. Misalnya,
kadang-kadang masih adanya sikap otoriter dari guru, sikap tertutup dari guru,
siswa yang pasif, jumlah siswa yang terlalu besar dan latar belakang guru
sendiri maupun para siswanya.
Untuk mengatasi itu sernua perlu
dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari para guru. Apabila hal-hal
tersebut dapat terpenuhi maka akan terciptalah suatu kornunikasi yang selaras
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
C.
Ciri-ciri Hubungan yang Baik antara Guru
dan Siswa
Menurut
Thomas Gordan, hubungan guru dan siswa dapat dikatakan baik apabila hubungan
itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Keterbukaan, sehingga guru maupun siswa
saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain.
2.
Saling menjaga, saling membutuhkan
serta saling berguna bagi pihak lain.
3.
Adanya saling ketergantungan antara satu
dengan yang lain.
4.
Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang
tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreativitasnya dan kepribadiannya.
5.
Saling memenuhi kebutuhan, sehingga
tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpeuhi.
Hasil
dari realisasi hubungan antara guru dan siswa yang ditandai oleh terbentuknya
pribadi seutuhnya dengan aspek-aspek kepribadian yang serasi dan seimbang.
Apabila kondisi yang diharapkan ini telah tercapai, maka perilaku yang
ditunjukan oleh siswa berangsur-angsur
menjadi perilaku yang diterima.
D.
Pengelolaan kelas yang efektif
Kelas merupakan suatu tenpat yang terdiri dari sekelompok orang yang
belajar bersama dan mendapatkan pengajaran dari guru, maka di dalamnya terdapat
orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik mereka
masing-masing yang bebeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut perlu dipahami guru agar mudah dalam melakukan
pengelolaan kelas secara efektif. Menurut Made
Pidarta untuk mengelola kelas yang efektif perlu memperhatikan hal-hal
berikut:
1.
Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan
tertentu yang dilengkapi dengan tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
2.
Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak
pada waktu tertentu, tetapi bagi seluruh anak.
3.
Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda
dengan perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi
individu dalam hal bagaimana belajar dan memandang dirinya sendiri.
4.
Kelompok-kelompok dalam kelas tersebut akan
menyisipkan pengaruhnya kepada anggota lainnya.
5.
Keterampilan mengajar guru sangat mempengaruhi
hubungan antara guru dan siswa tersebut di dalam kelas.
Organisasi kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi
guru dan siswa, tetapi juga menambah terciptanya efektifitas, yaitu interaksi
yang bersifat kelompok. Dari hasil riset telah disimpulkan beberapa yang perlu
diperhatikan agar kelas terkelola dengan efektif yaitu :
1.
Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar
secara maksimal maka fungsi kelompok diminimalkan.
2.
Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan
kesatuan dan kerjasama.
3.
Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan
dan kondisi belajar.
4.
Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam
menyelesaikan ketegangan dan perasaannya yang tertekan
5.
Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaaan yang
kuat antar sesama siswa
Keharmonisan
hubungan guru dan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang
apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak
kehadiran guru itu. Rasa benci yang tertanam di dalam diri siswa menyebabkan
bahan pelajaran sukar diterima dengan baik. Kecendrungan sikap siswa yang
negatif lebih dominan. Sifat kemunafikan ini menciptakan jurang pemisah antara
guru dan siswa.
Lain
halnya dengan guru yang selalau memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu
tanggap terhadap keluhan siswa, selalu bersedia mendengarkan saran dan kritikan
dari siswa, dan sebagainya, adalah guru yang disenangi oleh siswa. Siswa rindu
akan kehadirannya, siswa senang mendengarkan nasihatnya, siswa ,erasa aman di
sisinya, dan siswa merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari diri guru
tersebut. Itulah fiur seorang guru yang baik. Figur guru yang demikian biasanya
jarang menemui kesulitan dalam mengelola kelas.
Berikut
ada beberapa cara mengajar kreatif dan efektif bagi seorang guru, diantaranya :
1. Mengusahakan
iklim di dalam kelas yang dapat menggugah kreativitas siswa
2. Menghargai
keunikan pribadi dan potensi setiap siswa dan tidak perlu selalu menuntut dilakukannya
hal-hal yang sama
3. Pada
waktu tertentu siswa diberi kebebasan untuk melakukan atau membuat sesuatu yang
disenangi oleh siswa.
Menurut Spalding dalam studinya terhadap
interaksi guru dan siswa dalam kelas, ada 2 cara mengajar yang cenderung menghilangkan
fleksibelitas dan originalitas pada siswa yaitu:
a.
Membentuk
Dalam
hal ini guru menciptakan kondisi yang terstruktur dengan mengawasi hal-hal yang
bersifat memalukan, tertawaan/ejekan, atau memberi peringatan.
b.
Merespon
Guru cenderung
merespon kualitas sosial-emosional dari siswa, daripada performansi
kognitifnya. Ciri-cirinya tindakan guru yang membebaskan siswa, namun kurang
perhatian terhadap prestasi dan perfomansi siswa. Kuncinya adalah kebebasan
saja tidak cukup, guru harus memperhatikan bahwa teman-teman di kelas dari
siswa yang kreatif mungkin tidak toleran dengan cara berfikir divergen. Mereka
bahkan akan menganggap siswa yang kreatif sebagai orang yang memiliki ide yang
gila.
0 comments:
Post a Comment